Friday, July 21, 2006

Bening #4. Arah

Hidup harus memiliki arah. Tanpa arah, hidup tak punya tujuan. Arah penting untuk memberikan panduan kepada kita, dalam wujud empat serangkai pertanyaan yang tidak terpisahkan, yaitu: kemana, kapan, mengapa, dan bagaimana menjalani hidup kita.

Apa artinya? Kalau punya arah hidup, kita tahu hendak kemana. Karir, keluarga, perjalanan, dan hidup kita sendiri, jelas semuanya harus punya tujuan akhir. Itulah arah yang akan menjadi panduan kita dalam mengerjakan semuanya itu. Jika kita bekerja tanpa arah maka karir kita bukannya tak berujung, bahkan juga tak berawal. Kita tak tahu beranjak darimana dan kelak tahu hendak menjadi apa. Tanpa arah, karir berubah menjadi rutinitas. Kita pun bekerja tanpa gairah dan semangat. Kita hanya akan menghabiskan waktu untuk sebuah penghasilan bulanan yang tak bermakna. Demikian juga dengan keluarga. Tanpa arah, hanya akan menjadi sebuah arena hubungan yang kering kerontang, bahkan untuk keluarga itu sendiri terasa hambar. Apalagi jika kita hubungankan dengan hidup. Tanpa arah, hidup tak lagi menjadi sebuah kegembiraan. Hidup hanya akan menjadi keluhan dan perjalanan kering yang amat membosankan.

Bandingkan kalau kita punya arah. Kalau kita punya arah, kita tahu hendak jadi apa 1 tahun ke depan, 5 tahun ke depan, bahkan 20 tahun ke depan. Arah membuat tujuan perjalanan kita menjadi amat mudah ditelusuri.

Berikutnya, arah juga mengajak kita untuk melangkah pada waktunya. Ketika seorang dengan jabatan puncak memiliki arah hidup, maka ia tidak akan ragu-ragu, meski itu adalah keputusan untuk berhenti sekalipun. Semua karena karirnya memiliki arah yang memandu perjalanannya, dengan rambu-rambu yang amat menolong. Arah bagaikan sebuah sinyal yang memberikan panduan berwarna hijau, kuning dan merah. Arah memberikan sinyal, kapan seseorang harus memulai melakukan sesuatu, terus mengerjakan sesuatu atau berhenti mengerjakannya.

Arah juga memberikan alasan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan hidup. Hidup yang berarah akan memberikan argumentasi terhadap keputusan dalam karir, keluarga, investasi, jabatan dan sebagainya. Argumentasi itu hadir jika arah disandingkan dengan keputusan-keputusan menyangkut hidup tadi. Arah, adalah alasan untuk melangkahkan kaki ke sesuatu tempat yang hendak dituju.

Dan yang terakhir, arah menyebabkan hidup memiliki langkah-langkah strategis untuk mencapainya. Arah mengeluarkan kemampuan kreativitas seseorang untuk dapat mencapai dan menggapai sebuah tujuan. Dengan arah, seseorang bisa mengatur hidupnya, bahkan ritme hidupnya dengan baik, sehingga secara bertahap—tidak sekaligus—capaian hidup dapat diletakkan. Tahap demi tahap disusun untuk kemudian mencapai puncak yang sudah dinyatakan oleh arah tadi.

Kalau punya arah tertentu, maka seseorang akan lebih mudah memanajemen hidupnya sendiri. Tanpa arah, maka hidupnya akan dimanajemen oleh orang lain. Arah membuat semua putaran waktu dalam hidup menjadi teratur dan mudah dijalani. Arah mengubah beban hidup menjadi sukacita. Arah menyebabkan kehidupan menjadi seringan dedaunan yang hanya butuh mengikuti gerakan angin.

Suatu kali sebuah pesawat terbang dalam kabut malam. Petir di kanan kiri. Para penumpang merasakan ketakutan yang amat sangat. Pesawat berkali-kali terguncang dan terpental. Mereka diminta menggunakan sabuk pengaman dengan baik. Beberapa kali pramugari pesawat dari pengeras suara memberitahukan bahwa pesawat sedang berada dalam badai.

Akhirnya pesawat itu mendarat juga. Rupanya di bawah, tim penyelamat sudah bersedia dan siaga. Ada ambulans, pemadam kebakaran dan tim penyelamat lengkap dengan peralatannya. Mereka segera mengevakuasi para penumpang.

Para wartawan pun memburu sang pilot. Mereka mencecar sang pilot dengan pertanyaan-pertanyaan. Mereka menanyakan bagaimana sang pilot mampu membawa pesawat tersebut terbang melewati badai.

Sang pilot menjawab,”Situasi memang amat buruk. Segalanya amat sulit dikendalikan. Namun yang saya lakukan hanya melewati badai itu. Kami punya radar yang akan menunjukkan jalan.”

Pilot itu benar. Dia hanyalah bertugas untuk melewati badai. Yang bertanggung-jawab untuk menunjukkan jalan adalah radar di pesawatnya. Di tengah badai sekalipun, kalau radar berfungsi dengan baik, maka pesawat adalah mesin yang bertugas hanya untuk terbang. Tanggung-jawab sepenuhnya berada pada radar itu.

Jadi, memang, segalanya perlu arah. Mengapa? Supaya ketika kita melewati badai sekalipun, tanggung-jawab dan beban mentalnya bukan tertimpa pada pemikiran kita seorang, namun pada arah hidup yang telah kita tentunya. Bayangkan apa jadinya kita, ketika mengalami badai kehidupan, tanpa arah dan tanpa ”radar”. Niscaya kita akan terseret, terhentak dan terbuai kemana-mana, tanpa tahu kemana akan pergi.

Radar adalah arah yang menyelamatkan hidup kita. Jika kita punya arah, tugas kita hanyalah melewati kehidupan ini, dan membiarkan arah kita menuntun kita sesuai dengan panduannya sendiri. Jadi, hidup menjadi amat mudah. Lagipula, kelihatannya alasan untuk menggunakan arah hanya satu saja, yaitu karena hidup ini hanya sekali. Karenanya jangan sampai habis dalam perjalanan hanya untuk berputar-putar dan berbalik-balik seolah gelindingan tak menentu. Hidup bukan sebuah bola yang bisa terlempar kesana-kemari. Hidup hanya sekali karena itu harus diarahkan dengan baik.

Arah menyebabkan semua rencana menjadi nyata. Kalau kita hendak membangun rumah, arah kita adalah disain rumah itu. Kalau kita hendak mendirikan jembatan, arah kita adalah maketnya. Kalau kita hendak berbelanja, arah kita adalah daftar yang dibuat untuk itu. Arah membuat semua yang masih berada dalam intuisi menjadi bisa diraba dan dilihat.

Hidup bukan tiada akhir. Maka harus selalu ada arah. Seseorang yang tanpa arah hidup adalah orang yang hidup dalam ambivalen. Hidup terbatas tetapi dengan cara hidup yang tak terbatas. Sungguh sangat menyedihkan dan sia-sia. Kelak, hanya akan ada penyesalan dan tangisan karena ketika sadar bahwa semuanya sudah terlambat, tak ada lagi kesempatan untuk membalikkan waktu.

2 comments:

Anonymous said...

Berbicara soal arah hidup, saya teringat dengan kata-kata dalam syair chairil anwar yang berjudul "diponegoro", yakni:
"SEKALI BERARTI ... SUDAH ITU MATI"

Anonymous said...

Hello!
You may probably be very interested to know how one can make real money on investments.
There is no initial capital needed.
You may begin to get income with a sum that usually is spent
for daily food, that's 20-100 dollars.
I have been participating in one project for several years,
and I'll be glad to let you know my secrets at my blog.

Please visit my pages and send me private message to get the info.

P.S. I make 1000-2000 per day now.

http://theinvestblog.com [url=http://theinvestblog.com]Online Investment Blog[/url]