Tuesday, July 04, 2006

Membangkitkan Bangsa Indonesia


Adalah fakta yang sebenarnya bahwa bangsa ini memang luar biasa bangkrutnya. Pendidikan kita kabarnya mencapai titik nadir. Setengah dari seluruh ruang kelas kita berada dalam keadaan rusak. Pertanian kita parah dan tidak berarti. Negeri yang pernah terkenal dengan swasembada beras ini kini mengimpor beras ratusan ribu ton setiap tahunnya. Industri kita terhempas. Ketiadaan uang menyebabkan banyak industri yang menggunakan bahan baku import harus tutup sebelum bisa berkembang. Secara sosial kita sudah terpecah-pecah akibat banyak social distrust. Kerusuhan dan ketidaknyamanan terjadi dimana-mana. Penyakit sosial kini merebak dengan mudahnya. Masalah sedikit sudah langsung menyebabkan kekacauan. Keamanan dan ketertiban menjadi amat langka. Kejahatan merajalela. Hukum dibiarkan bebas begitu saja. Akibatnya terjadi ketidakpastian dalam semua sektor. Tidak ada lagi kewibawaan. Yang terakhir sesama hakim bahkan saling ”berantem” dan tidak kompak dalam mengadili kasus. Penegak hukum merasa diri paling benar. Sementara itu derajat kesehatan semakin rendah. Kematian ibu dna bayi begitu tinggi. Merebaknya kasus flu burung seolah menebar horor bagi bangsa ini.

Mengapa semuanya terjadi? Salah satu yang menjadi alasan adalah karena kita tidak pernah serius membangun etos dan semangat untuk ”membangkitkan bangsa”. Sejarah mengenai impian mereka yang bekerja dengan sungguh-sungguh untuk bangsa ini ditinggalkan dalam lapukan lemari dan buku-buku saja. Bangsa ini tidak pernah menggunakan semangat yang sama dengan yang dimiliki oleh para pemimpin bangsa kita untuk membangun Indonesia yang kuat dan mandiri.

Sejak dulu sampai sekarang etos dan semangat itu diabaikan. Para pemimpin kita lebih suka membangun semangat untuk mempertahankan kedudukan dan kekuasaan. Mereka lebih berorientasi pada keinginan untuk mencapai prestasi politik secara personal atau kelompok, dan mengabaikan kebutuhan bersama.

Alasan kedua adalah bahwa karena seluruh sumber daya yang ada di negeri ini hanya dimanfaatkan untuk kepentingan segelintir atau sekelompok orang saja. Mereka menguasai dan menjadikan semuanya seolah merekalah yang menentukan hitam putihnya bangsa kita. Mereka menjadikan kekayaan bangsa sebagai hak milik yang dengan sesuka hati dimanfaatkan. Akibatnya, masyarakat dan kita semua kehilangan sense of belonging. Kita hanya menjadi penonton dan kemudian memiliki sikap sebagai penonton saja. Diabaikan bertahun-tahun dalam seluruh sistem kehidupan, bahkan kadang-kadang tidak diperhatikan dan tidak diperhitungkan sama sekali menyebabkan masyarakat menjadi apatis. Masyarakat beranggapan bahwa negeri ini hanya untuk mereka yang memiliki kesempatan untuk itu. Maka yang terjadi bisa ditebak. Semangat memberikan yang terbaik bagi bangsa ini mengendor, menipis dan kini hilang sama sekali.

Yang menjadi penyebab berikutnya adalah karena kita tidak memperoleh impian yang diasah dan diperbaharui terus menerus mengenai bangsa ini. Padahal, impian adalah tujuan bersama yang akan menggerakkan semangat untuk maju dan melangkah ke depan, apapun yang terjadi pada saat ini.
Impian hadir dari pemimpin. Impian mewujud karena pemimpin. Dan impian diperbaharui karena ada pemimpin. Sayangnya mereka yang menyatakan diri sebagai pemimpin bagi bangsa ini hanyalah pemimpin karena kursi dan karena jabatan. Mereka sama sekali tidak memiliki cinta dan pengabdian. Mereka hanya menjadi pemimpin dalam arti yang sangat sempit.

Andaikan apa yang kita kini alami adalah sebuah peperangan melawan kemelaratan dan kemiskinan, maka yang kita saksikan kini adalah sebuah medan perang tanpa komandan. Komandan perang yang seharusnya berdiri di depan memberi contoh, berdiri di depan memberi semangat dan berdiri di belakang memberikan dorongan sama sekali tidak ada. Padahal tanpa komandan, barisan perang hanyalah sebuah barisan tak beraturan. Tepatnya lebih mirip gerombolan. Dan itulah kita kini. Masyarakat ada. Manusianya ada. Seluruh lembaga negara ada. Semua pimpinan lembaga ada. Bahkan semuanya berebutan ketika hendak menjadi pemimin. Namun, pada saat yang sama, tak tahu hendak kemana dan hendak menjadi apa.

Solusi
Pertanyaan penting apakah mungkin membangkitkan kembali bangsa ini? Adakah semangat untuk membangkitkan bangsa Indonesia dapat menjadi sebuah impian yang menjadi nyata?

Kita selalu beranggapan bahwa solusi selalu akan ada jika kita berikhtiar mau keluar dari masalah ini. Inilah ciri yang membuat kita bisa maju. Salah satunya cara untuk keluar dari masalah ini adalah dengan memajukan IPTEK kita. Beberapa waktu lalu, gagasan mengenai IPTEK kita digagas habis. Semua pihak bertanya bagaimana dan sudah seperti apakah peran IPTEK dalam negeri kita. Namun tidak ada yang memulai menyatakan bahwa kata kunci bagi kemajuan dan kebangkitan negeri kita adalah IPTEK.

Data menunjukkan bahwa para peneliti dan ilmuwan di negeri ini bukan kurang banyak. Hanya saja mereka selama ini tidak diberdayakan dengan maksimal. Mereka dibiarkan bekerja sendiri. Padahal potensi untuk menghasilkan sebuah keunggulan bisa datang dari IPTEK itu sendiri.

Membangun negeri ini dengan IPTEK tidak salah. Semangat untuk memandirikan bangsa, menerjemahkan semangat nasionalisme bukan hanya dengan berteriak-teriak di gedung DPR dan Istana perihal nasionalisme dan kebangsaan. Semangat untuk mengasah nilai tambah dan nilai lebih dari setiap potensi yang ada di negeri ini adalah juga nasionalisme dalam wujud yang lebih nyata.

Yang berikutnya adalah meyelenggarakan pendidikan nasional secara benar dan sungguh-sungguh. Karena sudah kadung dilakukan meski salah kaprah, Ujian Nasional ini misalnya dapat digunakan oleh pemerintah sebagai starting point untuk melakukan sesuatu. Pemerintah harus benar-benar menerapkan anggaran 20 persen untuk pendidikan itu. Pendidikan adalah investasi jangka panjang untuk memajukan Indonesia di masa depan.
Dan yang tidak kalah penting adalah bahwa pemerintah harus benar-benar menjadi pemerintah yang membangun semangat. Pemerintah jangan hanya bicara supaya masyarakat mengerti kondisi ”kantong” pemerintah. Sesulit apapun keadaan, jika pemerintah kehadiran dan keberadaannya menunjukkan empati, maka masyarakat akan mengerti. Pemerintah harus menjadi pemberi semangat dan menggelorakan semangat untuk membangun bangsa ini. Pemerintah harus memberikan teladan dalam segala hal untuk memperlihatkan bahwa ajakan pemerintah adalah sebuah kebersamaan. Pemerintah harus memperlihatkannya dari caranya menangani kasus korupsi, dalam memberikan kebijakan kepada masyarakat, dalam membersihkan kebocoran uang negara dan penyalahgunaan wewenang, dan terlebih dalam berbicara jujur pada rakyat.

Kita dulu pernah punya semangat kebangkitan nasional. Kita pernah memilikinya dalam sejarah kita. Dan semangat itu bisa dihadirkan kembali pada saat sulit seperti ini. Mari kita semua memperjuangkannya. Semua kita yang bermimpi mengenai kebangkitkan bangsa ini, marilah bergandeng tangan mencapainya. Mari kita wujudkan mimpi itu, kita jadikan kita bukan hanya pemimpi, namun juga yang mampu membuat impian menjadi nyata. Mari, bangkitkan bangsa ini.

No comments: