Sunday, April 15, 2007

FOKUS Memerintah, Tidak Mudah

Popularitas pemerintah kembali diuji. Kali ini survei memberikan bukti bahwa kepemimpinan Presiden Yudhoyono menurun tajam. Laporan ini disampaikan oleh survei sebuah lembaga independen. Apa kata pemerintah?

Kembali pemerintah seolah menutup mata atas hal itu. Reaksi dari kalangan dalam pemerintah mengabaikan. Juru Bicara Kepresidenen kembali menyatakan bahwa Presiden tidak tidur. Pemerintah tetap bekerja dan segala sesuatu berjalan dengan baik. Logika yang sama dipakai kembali oleh pemerintah, bahwa pemerintahan ini adalah pemerintahan terbaik yang masih bisa dipercaya.

Benarkah bahwa pemerintah harus mengabaikan persepsi masyarakat atas keberadaan mereka? Sepantasnya tidak. Sebab bagaimanapun, suara rakyatlah yang secara langsung memberikan dukungan kepada pemerintah yang untuk pertama sekali ini dipilih dengan menggunakan metode pemilihan langsung.

Ada kesan kita bahwa pemerintah sekarang ini memang mengalami semacam over prouding atas kemenangan yang diraih atas kompetitornya. Karenanya, pemerintah menjadikan kemenangan itu sebagai sebuah prestasi yang harus menerus diungkapkan dan disampaikan sebagai wacana manakala pemerintah diminta untuk memperbaiki diri.

Dari sikap tadi, ada kesan yang lebih jelas bahwa pemerintah mendekati perilaku “semau gue”. Karena pemerintah tidak melihat bahwa sikapnya harus dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat, maka yang mereka memaksa masyarakat untuk mendengar, mengikuti dan menjalankan apa yang diinginkan oleh pemerintah.

Pemerintah ini tidak secara langsung menyatakan bahwa mereka tidak mau dikritik. Padahal kita tahu bahwa pemerintah ini harus dikritik karena berbagai kebijakannya memang amat jauh dari keberpihakan kepada masyarakat.

Salah satu yang terjadi misalnya adalah ketidakberpihakan pemerintah pada nasib rakyat yang rumahnya harus terendam lumpur di Sidoarjo. Badan pengganti Tim Nasional penanggulangan lumpur Sidoarjo kehilangan kepercayaan publik karena di dalamnya ada orang-orang yang berasal dari kementerian kesra, yang dipimpin oleh pemilik Lapindo Brantas.

Ketidakberpihakan pemerintah juga terlihat dari ketidakmampuan pemerintah mengendalikan harga. Beras, misalnya, tetap tidak terkendali. Beras yang dikonsumsi oleh seluruh warga masyarakat yang kebanyakan warga negara miskin tetap tidak bisa diturunkan harganya. Padahal janji pemerintah adalah dalam waktu sikap harga beras akan terkendali. Sayangnya, janji tinggal janji, nasib petani justru memburuk dengan masuknya impor beras yang dirancang oleh pemerintah. Kenaikan harga pembelian gabah di sentra pembelian pemerintah, dipandang oleh petani sebagai sebuah kebijakan yang sudah tidak ada lagi artinya.

Pemerintah harus diingatkan bahwa memimpin dan melayani adalah esensi dari memerintah. Dan itu tidak mudah. Diperlukan sebuah moral kepemimpinan yang bersumber dari keberanian dan kreativitas. Pemerintah harus berani melakukan tindakan yang tidak populis sekalipun di mata kawan dan lawan politik, jika ingin menyelamatkan masyarakat.

Pemerintah juga dituntut untuk berani untuk mengabaikan tekanan politik. Pengamat menyatakan bahwa pemerintahan ini ingin berkuasa kembali dengan cara menyenangkan hampir semua pihak termasuk partai politik. Akibatnya posisi kebijakan negara ini dipasung oleh kepentingan tadi. Hal ini harus dihentikan dan pemerintah harus berani menyatakan tidak kepada semua kepentingan yang tidak berhubungan dengan masyarakat.

Memerintah tidak mudah. Di sana ada terkandung nilai kehormatan. Tetapi itulah kemuliaan yang didapatkan oleh pemerintah yang adil, arif dan bijak.

No comments: